Keren! Ada Lab dan Perpustakaan di Kapal Dr Fridtjof Nansen

Kapal Dr Fridtjof Nansen
Kapal Dr Fridtjof Nansen

Kapal Dr Fridtjof Nansen akan berlayar selama 21 hari untuk melakukan penelitian di Samudera Hindia. Secara umum, peralatan kapal berwarna putih ini tak berbeda dengan kapal-kapal lainnya. Hanya saja, Kapal tersebut dilengkapi laboratorium dan perpustakaan.

Pimpinan Deck Kapal, Henning Sangolt mengatakan, sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk penelitian, kapal berukuran panjang 56,75 meter dan lebar 12,5 meter ini dilengkapi dengan peralatan yang memudahkan para penelitinya. Sehingga mereka cepat mempelajari apa yang telah mereka temukan selama pelayaran nanti.

Perpustakaan ini terletak di bagian tengah. Ada banyak buku tentang ekosistem air, hidrologi, biologi, perikanan dan masih banyak lagi. Buku-buku ini tersusun rapi dalam beberapa rak yang menempel di dinding ruangan, layaknya perpustakaan pada umumnya. Di depannya ada banyak komputer yang dilengkapi dengan koneksi internet. Dengan demikian para peneliti tak akan kesulitan mencari sumber penelitian.

“Kami membawa satelit sehingga telepon dan internet aktif. Namun akses internet masih agak lambat, kami akan meng-upgrade setelah penelitian ini selesai,” ujar Sangolt di Kapal Dr Fridtjof Nansen di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (25/6/2015).

Di tengah ruangan perpustakaan mini tersebut terlihat sofa berwarna merah yang tampak begitu nyaman untuk melepas penat. Sementara di pintu masuk perpustakaan, terdapat monitor echo sounder yang merupakan alat pengukur kedalaman laut. Echo sounder sendiri dipasang di 5 titik di kapal, dimana pemantauannya dapat dilakukan dari ruangan tersebut.

“Kedalaman setiap echo sounder bisa berbeda karena letaknya beda-beda,” ujar Sangolt.

Tak jauh dari perpustakaan, terdapat mini laboratorium yang dilengkapi dengan mikroskop dan alat-alat penelitian lainnya seperti Video Assisted Multiple Sampler (VAMS). Kapal berbobot 1.444 ton ini juga dilengkapi dengan Remotely Operated Vehicle (ROV) atau robot yang dibekali kemampuan mengamati benda-benda di lautan dengan panjang kabel 2.500 meter.

Kapal buatan tahun 1993 ini akan membawa 13 kru dan 16 peneliti yang berasal dari 11 negara yaitu Indonesia, Norwegia, Madagaskar, Spanyol, Belanda, Kenya, Afrika Selatan, Perancis, India, Australia, Tanzania dan Seychelles.

Penelitian ini akan difokuskan pada Indian Ocean Gyre atau sistem besar arus perputaran air di Samudera Hindia yang akan mempengaruhi ekosistem dan perikanan. Tim juga akan meneliti kandungan plastik yang terdapat di perairan Samudera Hindia.

“Nanti ikan-ikan akan dibedah, dioperasi dilihat isinya dan diukur badannya,” kata peneliti dari BPPT, Indah Lutfiyati.

Dari pembedahan tersebut akan diketahui apa saja makanan yang dikonsumsi ikan tersebut. Indah menjelaskan, seperti misalnya ikan tuna. Ikan tersebut memakan ikan kecil seperti ikan kembung. Sementara ikan-ikan kecil itu memakan plankton atau bahkan sampah plastik.

“Di situ akan ketahuan. Kalau ikan kecil makan plastik, plastik itu juga akan masuk ke tubuh manusia karena kita makan ikan tuna,” terangnya.

Kandungan plastik juga dapat dilihat dari sampel air. Plastik menjadi salah satu poin yang diteliti, karena menurutnya saat ini sampah plastik di Samudera Hindia sudah cukup banyak.

“Sehingga hasil penelitian ini diharapkan nantinya bisa mengedukasi masyarakat agar mengelola sampah mereka dengan baik,” ujar Indah. (NLY)

Source : http://news.detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *