Minat baca adalah salah satu indikator penting dalam membangun masyarakat yang dapat berpikir kritis dan berpengetahuan luas. Menariknya, jika kita melihat dari generasi ke generasi, pola dan cara membaca mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Generasi Baby Boomer, yaitu mereka yang lahir tahun 1946 hingga tahun 1964. Istilah ini muncul karena adanya ledakan kelahiran (baby boom) setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan Generasi X atau disingkat Gen X, mereka dikenal sebagai pemecah masalah yang baik dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, lahir tahun 1965 – 1980. Mereka sering dianggap sebagai generasi yang mengikuti Baby Boomers dan mendahului generasi Milenial.
Generasi Baby Boomer dan Gen X tumbuh dengan buku cetak sebagai sumber utama pengetahuan. Perpustakaan menjadi tempat favorit, dan membaca dianggap sebagai kegiatan yang tenang namun bernilai tinggi. Masuk ke era Generasi Y (milenial), lahir tahun 1981 hingga 1996, teknologi mulai mempengaruhi cara baca. E-book, blog, dan artikel daring (online) menjadi bagian dari keseharian mereka.
Kini, di era Generasi Z, lahir tahun 1997 hingga 2012, perubahan semakin terasa. Minat baca tidak hilang, tapi bergeser ke bentuk yang lebih fleksibel. Mereka membaca lewat ponsel, menikmati cerita interaktif di aplikasi, hingga menyimak ringkasan buku di video berdurasi singkat. Kecepatan dan kenyamanan menjadi prioritas utama.
Namun, tantangannya adalah menjaga kualitas dan kedalaman membaca. Informasi yang serba instan seringkali membuat proses membaca menjadi terburu-buru dan dangkal. Di sinilah pentingnya pendampingan literasi yang adaptif—yang tak memaksakan cara lama, tetapi tetap menanamkan nilai penting dari membaca.
Minat baca memang berubah dari generasi ke generasi. Tapi selama semangat untuk mencari tahu, memahami, dan belajar masih hidup, budaya membaca tetap akan bertahan—dengan caranya sendiri.
by [trisni_hs]